Episode 3: Keputusan yang Mengubah Segalanya
Setelah sukses menyelesaikan pembangunan gudang, aku merasa semakin bersemangat untuk melangkah lebih jauh. Proyek kali ini benar-benar membuka mataku tentang dunia konstruksi yang lebih besar. Tetapi, meskipun aku merasa lebih percaya diri, aku tahu bahwa tantangan berikutnya akan lebih besar.
Beberapa hari setelah proyek gudang selesai, aku duduk bersama Udin di warung kopi favorit kami, merencanakan langkah selanjutnya. "Ofi, kamu udah selesai bangun gudang. Kamu nggak kepikiran buat buka usaha lebih besar lagi?" tanya Udin sambil menyeruput kopi.
Aku terdiam sejenak. Usaha lebih besar? Mungkin ini saat yang tepat untuk melangkah lebih jauh, tapi aku juga sadar bahwa semakin besar usaha, semakin besar risikonya. "Aku sih mikir-mikir juga, Din. Cuma bingung, usaha apa yang bisa aku ambil setelah ini," jawabku, ragu.
Udin menatapku, lalu dengan santai berkata, "Kamu udah punya pengalaman bangun gudang. Kenapa nggak coba jual besi beton atau material bangunan? Kalau ada yang butuh, bisa jadi peluang bagus."
Aku mengerutkan dahi. "Besi beton? Apa itu benar-benar peluang yang bagus, Din? Bukannya itu cuma bahan yang banyak dijual di pasar-pasar?"
"Benar, tapi banyak juga yang butuh dalam jumlah besar untuk proyek bangunan. Kalau kamu bisa memasoknya langsung, bisa jadi peluang untuk ekspansi usahamu," jelas Udin, memberi ide baru.
Aku mulai berpikir. Jual besi beton? Itu bisa jadi langkah yang menarik. Dengan pengalamanku membangun gudang, aku sudah tahu betul bahan-bahan yang dibutuhkan dalam sebuah proyek. Mungkin ini saatnya untuk mencoba sesuatu yang baru.
Hari itu, aku memutuskan untuk mencari pemasok besi beton. Setelah beberapa hari mencari dan berdiskusi dengan beberapa orang, aku berhasil menemukan pemasok yang menawarkan harga kompetitif dan kualitas yang terjamin.
Tak lama setelah itu, aku mendapat telepon dari Beni. "Ofi, gimana kalau kamu mulai jual besi beton? Aku dengar kamu lagi nyari pemasok," katanya. "Aku juga punya beberapa klien yang mungkin butuh pasokan. Kita bisa kerjasama."
"Ben, aku juga baru kepikiran itu. Aku udah dapat pemasok yang oke. Kalau kamu ada klien, kita bisa coba mulai jual bareng," jawabku dengan semangat.
Kami pun memulai langkah baru ini bersama. Aku mulai menjual besi beton ke beberapa proyek konstruksi kecil di sekitar kota. Ternyata, permintaan cukup tinggi, dan usaha ini berkembang lebih cepat dari yang aku bayangkan.
Namun, di balik kesuksesan kecil ini, ada banyak tantangan yang harus aku hadapi. Kadang-kadang, ada beberapa klien yang komplain tentang kualitas material, atau pembayaran yang terlambat. Semua itu membuatku semakin sadar bahwa bisnis ini bukan hanya tentang menjual barang, tetapi juga tentang membangun kepercayaan dengan klien.
Pada suatu malam, aku duduk bersama Hami dan Adin di sebuah warung kopi, membahas masalah yang baru saja muncul. "Ofi, kadang kalau kita jual material, nggak bisa cuma asal kirim, harus pastikan kualitasnya. Kalau nggak, bisa merusak nama baik," ujar Hami, yang sudah lebih berpengalaman.
Adin menambahkan, "Iya, benar. Kadang, kita bisa dapat pesanan besar, tapi kalau nggak hati-hati, bisa bangkrut juga kalau kualitas nggak terjaga."
Aku mengangguk mendengar saran mereka. "Aku ngerti, teman-teman. Makanya, aku mau fokus pada kualitas. Kalau kita bisa jaga itu, klien pasti akan balik lagi."
Malam itu, aku memutuskan untuk lebih serius mengelola usaha jual besi beton. Aku mulai belajar lebih banyak tentang kontrol kualitas, dan memastikan setiap bahan yang dijual memenuhi standar. Aku juga membuat sistem pembayaran yang lebih terorganisir, agar tidak ada keterlambatan yang mengganggu kelancaran usaha.
Satu bulan kemudian, usaha jual besi beton yang aku mulai perlahan berkembang. Banyak klien yang kembali memesan, dan nama usahaku mulai dikenal di kalangan kontraktor dan pengusaha konstruksi. Aku merasa semakin yakin dengan pilihan ini, tetapi aku tahu bahwa ini baru permulaan. Masih banyak hal yang harus aku pelajari dan perjuangkan.
Aku bertekad untuk terus maju, belajar, dan berkembang. Aku tahu bahwa setiap langkah yang aku ambil, meskipun penuh tantangan, akan membawa aku lebih dekat ke tujuan yang lebih besar.