Part 2 - Perkenalan dengan Baja dan Beton
Setelah kerja sama syirkah dengan Pak Iwan dimulai, Gato menjalani hari-harinya dengan penuh semangat. Dengan modal yang diberikan, ia bisa membeli peralatan dasar, mempekerjakan beberapa orang, dan memulai proyek-proyek kecil di desa. Namun, ada satu hal yang mulai menarik perhatiannya dalam proses pembangunan ini—baja. Ia melihat bagaimana baja menjadi elemen penting yang memberikan kekuatan dan daya tahan pada bangunan. Ketertarikan itu membuatnya semakin ingin mendalami dunia konstruksi dengan lebih serius.
Gato pertama kali mengenal baja lebih dekat saat membantu Pak Iwan di proyek bangunan pabrik kecil. Pak Iwan, yang memiliki pengalaman bertahun-tahun, menjelaskan bagaimana baja bisa menjadi tulang punggung bangunan. "Ketika kamu menggabungkan baja dengan beton, kamu akan mendapatkan struktur yang kuat dan kokoh," ucap Pak Iwan. Baja dan beton, menurut Pak Iwan, adalah pasangan serasi dalam dunia konstruksi—baja menawarkan fleksibilitas, sementara beton menambah kekuatan.
Di setiap langkah proyek tersebut, Gato mengamati cara kerja Pak Iwan dan timnya. Mulai dari proses pemasangan tulangan baja, pengecekan kekuatan sambungan, hingga penuangan beton di atas rangka baja. Semua itu terlihat rumit tapi sangat presisi. Pak Iwan sering kali mengingatkan bahwa setiap bagian dari konstruksi harus direncanakan dengan cermat. “Setiap kesalahan, sekecil apa pun, bisa berdampak besar,” kata Pak Iwan suatu hari, mengingatkan Gato bahwa konstruksi adalah pekerjaan yang menuntut ketelitian.
Dalam pikiran Gato, baja menjadi lebih dari sekadar bahan bangunan. Ia melihatnya sebagai simbol ketahanan dan kekokohan. Setiap potongan baja, setiap sambungan, setiap struktur, semuanya memberi pelajaran pada Gato tentang pentingnya perhitungan matang dan kesabaran dalam bekerja.
Di akhir proyek, Gato meminta izin pada Pak Iwan untuk mempelajari cetak biru konstruksi dan teknik pemasangan baja yang baru saja mereka kerjakan. Pak Iwan menyetujuinya dan menambahkan, “Belajar dari proyek yang sudah selesai akan memberimu perspektif. Jangan buru-buru, pelajari setiap elemen dengan tenang.”
Setelah jam kerja selesai, Gato masih bertahan, membaca cetak biru dan mengamati rangka baja yang sudah terpasang. Dia menyadari bahwa pekerjaan ini bukan sekadar tentang membangun, tapi juga tentang menghormati proses dan mengendalikan setiap elemen agar hasil akhir menjadi kokoh dan aman. Baja, bagi Gato, seolah memberikan energi baru yang membantunya melihat konstruksi bukan sekadar rangkaian aktivitas, tetapi bagian dari seni dan ilmu yang menyatu.
Beberapa hari kemudian, Gato melihat salah satu pekerja, Pak Wito, sedang memotong baja menggunakan mesin khusus. Gato berdiri dan memperhatikan gerakan Pak Wito dengan saksama. Setiap percikan api yang muncul, setiap gerakan tangan yang penuh kontrol, membuatnya semakin penasaran. Pak Wito menyadari kehadirannya dan mengajaknya berbicara.
“Kamu tertarik belajar cara memotong baja, To?” tanya Pak Wito.
Gato mengangguk, dan dengan antusias berkata, “Iya, Pak. Kelihatannya sulit, tapi menarik.”
Pak Wito tersenyum dan mengajaknya untuk mencoba. “Baja memang sulit dipotong kalau kamu tidak sabar. Kamu harus hati-hati dan stabil saat menekannya,” ucapnya, sambil memperlihatkan cara mengendalikan mesin dengan benar. “Yang penting, kamu jangan buru-buru. Baja ini memang keras, tapi kalau kita tahu caranya, dia akan patuh pada alat kita.”
Gato merasa beruntung memiliki kesempatan untuk belajar langsung dari orang-orang yang ahli di lapangan. Saat ia memotong baja untuk pertama kalinya, ada perasaan kepuasan yang tumbuh di dalam dirinya. Setiap kali ia berhasil memotong baja dengan baik, ia merasa semakin dekat dengan impiannya untuk menjadi pembangun yang handal.
Hari-hari berikutnya, Gato kian mahir mengolah baja dan beton. Ia mulai dipercaya oleh Pak Iwan untuk mengawasi pemasangan tulangan baja dan pengecoran beton yang lebih rumit. Ia belajar mencampur beton dengan perbandingan yang tepat, mengukur ketebalan yang sesuai, dan memastikan bahwa semua struktur memenuhi standar kekuatan yang aman.
Pada malam hari, Gato sering merenung. Proyek yang ia kelola semakin membesar, dan ia mulai merasakan tanggung jawab yang berat di pundaknya. Namun, di sisi lain, tanggung jawab itu membuatnya semakin bersemangat. Setiap keringat yang jatuh adalah bagian dari usaha untuk meraih keberhasilan, dan setiap bangunan yang selesai adalah bukti dari ketekunannya.
Kerja sama syirkah yang ia jalani bersama Pak Iwan membawa perubahan besar dalam hidupnya. Bukan hanya dari sisi materi, tapi juga kepercayaan dan kesempatan belajar dari orang-orang yang lebih berpengalaman. Pak Iwan bukan sekadar rekan kerja, melainkan seorang mentor yang terus membimbing dan memberi arahan di setiap langkahnya. Saat proyek berakhir, ia dan Pak Iwan berbagi hasil keuntungan sesuai kesepakatan. Rasa syukur dan puas menyelimuti Gato, menyadari bahwa kepercayaan Pak Iwan telah membukakan jalan untuk mewujudkan impiannya.
Berkat keahlian yang terus diasah, Gato mulai dikenal di desa sebagai pemuda yang tekun dan berpengalaman dalam bidang konstruksi. Tetangga-tetangga yang dulunya hanya memandangnya sebagai asisten tukang, kini melihatnya sebagai seorang pengusaha muda yang membawa perubahan. Proyek demi proyek mengalir, dari renovasi rumah hingga pembangunan gudang, dan setiap kali, Gato memastikan untuk bekerja dengan kualitas terbaik.
Meski beban kerja semakin berat, Gato tidak pernah merasa lelah. Bagi dia, setiap proyek adalah kesempatan untuk membangun reputasi dan memenuhi janjinya kepada Pak Iwan—janji untuk mengelola modal yang dipercayakan kepadanya dengan sepenuh hati dan integritas.
Ia sadar bahwa apa yang ia lakukan bukan hanya soal keuntungan, tetapi juga soal membangun hubungan dengan para pelanggan dan membuktikan bahwa konstruksi baja dan beton bisa berdiri kokoh di desanya. Baja yang kokoh, beton yang kuat, dan ketulusan hatinya adalah bahan utama yang terus menguatkan langkahnya.
Bagian ini menunjukkan ketekunan Gato dalam mempelajari teknik baja dan beton serta bagaimana kerja sama dengan Pak Iwan melalui syirkah menguatkan posisinya di desa. Ia semakin bertanggung jawab dan merasa termotivasi untuk mengembangkan usahanya dengan kualitas dan integritas tinggi.