Beton bertulang adalah salah satu teknik struktur yang digunakan untuk membangun struktur yang kuat dan tahan lama. Teknik ini menggabungkan beton dan tulangan baja untuk memberikan struktur yang kuat dan tahan lama. Beton bertulang memiliki beberapa keuntungan, termasuk biaya yang lebih rendah, waktu pembuatan yang lebih cepat, dan ketahanan yang lebih tinggi terhadap cuaca buruk. Teknik ini juga memungkinkan desain yang lebih fleksibel dan konstruksi yang lebih kompleks. Namun, ada beberapa keterbatasan yang harus dipertimbangkan, seperti kurangnya kontrol kualitas dan masalah korosi. Beton bertulang dapat digunakan untuk berbagai struktur, termasuk bangunan, jembatan, dan jalan raya.
Konstruksi dan Detail Beton Bertulang
Detail Beton bertulang
Beton merupakan bahan yang sangat mampu menahan tegangan tekan tetapi tidak dapat atau hampir tidak dapat menahan tegangan tarik. Dalam beton bertulang maka baja tulangan merupakan bahan yang menahan tegangan tarik.Sebuah batang baja tulangan yang tertanam baik dalam beton yang mengeras akan merekat sedemikian rupa hingga diperlukan gaya yang cukup besar untuk menariknya keluar. Gejala ini disebut dengan adhesi atau lekatan yang memungkinkan kedua bahan dapat saling bekerja sama secara struktural. Selain itu, penutup beton yang cukup padat dan tebal sebagai pelindung tulangan, akan melindungi tulangan baja terhadap korosi.
a) Penampang balok bertulang
Sebuah penampang balok bertulang berbentuk empat persegi panjang
dengan tinggi h dan lebar b digambarkan pada gambar . Bagian atas
merupakan bagian beton daerah tekan dan As adalah luas penampang baja
tulangan. Selanjutnya d adalah tinggi efektif penampang atau jarak dari
serat terluar ke pusat tulangan tarik. Selisih antara tinggi total balok (h) dan
tinggi efektif (d) terutama ditentukan oleh tebal penutup beton.
Pada gambar ditunjukkan pula letak tulangan utama (tulangan
pokok) serta sengkang. Diameter nominal tulangan dinyatakan dengan ∅p
untuk baja tulangan polos dan ∅D untuk baja tulangan deform.
Gambar Detail penampang beton bertulang |
Sumber: Sagel dkk, 1994
b) Penutup beton tulangan
Tinggi total penampang (h) dan tinggi efektif (d) merupakan dimensi yang penting pada analisis penampang baik pada balok maupun plat (gambar). Secara umum, hubungan antara h dan d adalah:
- untuk plat: h = d + ½ ∅tul. Ut. + p
- untuk balok h = d + ½ ∅tul. Ut. + ∅sengk + p
Gambar Detail penampang balok dan plat, hubungan tinggi balok, tinggi efektif dan penutup beton |
Sumber: Sagel dkk, 1994
Tabel Tebal minimum penutup beton dari tulangan terluar (mm) |
Sumber: Sagel dkk, 1994
Salah satu faktor yang menentukan perbedaan antara h dan d
adalah penutup beton (p). Penutup beton adalah bagian beton yang
digunakan untuk melindungi baja tulangan.
Penutup beton yang sesuai dengan ketentuan akan berfungsi untuk:
− Menjamin penanaman tulangan dan kelekatannya dengan beton
− Menghindari korosi pada tulangan
− Meningkatkan perlindungan struktur terhadap kebakaran
Penutup beton yang memenuhi ketentuan tergantung pada:
− Kepadatan dan kekedapan beton
− Ketelitian pelaksanaan pekerjaan
− Kondisi lingkungan sekitar elemen struktur tersebut
Tebal minimum penutup beton yang diukur dari tulangan terluar
berdasarkan SNI 03-2847-2002, seperti dalam tabel 6.
c) Detail penulangan beton
Tulangan plat
Syarat-syarat untuk mendapat penulangan plat yang baik, antara lain
dengan memperhatikan aspek-aspek berikut:
− Batasi ukuran diameter batang yang berbeda-beda
− Sedapat mungkin gunakan diameter 6,8,10,12,14,16 dan 19 mm
Gambar Syarat-syarat untuk penulangan plat |
Sumber: Sagel dkk, 1994
− Gunakan batang sesedikit mungkin, yaitu dengan cara menggunakan jarak tulangan semaksimal mungkin sesuai dengan yang diijinkan
− Sebaiknya gunakan jarak batang dalam kelipatan 25 mm
− Perhitungkan panjang batang yang umum digunakan sehingga dapat menghindari sisa potongan yang terbuang percuma
Pertahankan bentuk sesederhana mungkin agar menghindari pekerjaan pembengkokan tulangan yang sulit. Prinsip detail penulangan plat dapat dilihat pada Gambar 11.
Tulangan balok
Syarat-syarat untuk mendapat penulangan balok yang baik, antara
lain:
− Batasi ukuran diameter batang yang berbeda-beda
− Sedapat mungkin gunakan diameter 6,8,10,12,14,16,19, 22, dan
32 mm
− Gunakan batang sesedikit mungkin, yaitu dengan cara
menggunakan jarak tulangan semaksimal mungkin sesuai
dengan yang diijinkan
− Perhitungkan panjang batang yang umum digunakan sehingga
dapat menghindari sisa potongan yang terbuang percuma
Gambar Syarat penulangan balok yang harus dipenuhi |
Sumber: Sagel dkk, 1994
− Ukuran batang yang dibengkokan harus cukup pendek, sebaiknya gunakan batang yang panjang untuk tulangan lurus
− Gunakan sengkang yang semuanya dari satu mutu baja dan diameter yang sama
− Usahakan jarak antara sepasang batang pada tulangan atas tidak kurang dari 50 mm, sehingga terdapat jarak yang cukup untuk pengecoran dan pemadatan, khususnya bila terdapat tulangan dua lapis.
Prinsip detail penulangan balok dapat dilihat pada Gambar .
Kait standar
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
− Bengkokan 180° ditambah perpanjangan 4db (diameter batang
tulangan, mm), tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujung bebas kait.
− Bengkokan 90° ditambah perpanjangan 12 db pada ujung bebas kait.
− Untuk sengkang dan kait pengikat:
o Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° ditambah
perpanjangan 6 db pada ujung bebas kait, atau
o Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90° ditambah
perpanjangan 12 db pada ujung bebas kait, atau
o Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° ditambah
perpanjangan 6 db pada ujung bebas kait.
Diameter bengkokan minimum
− Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang tulangan
tidak boleh kurang dari nilai dalam Tabel 7.7. Ketentuan ini tidak
berlaku untuk sengkang dan sengkang ikat dengan ukuran D-10 hingga
D-16.
− Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat
tidak boleh kurang dari 4db untuk batang D-16 dan yang lebih kecil.
Untuk batang yang lebih besar daripada D-16, diameter bengkokan
harus memenuhi Tabel 7.
− Diameter dalam untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos atau ulir)
yang digunakan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang
dari 4db untuk kawat ulir yang lebih besar dari D7 dan 2db untuk kawat
lainnya. Bengkokan dengan diameter dalam kurang dari 8db tidak boleh
berada kurang dari 4db dari persilangan las yang terdekat.
Cara pembengkokan
− Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali
bila diizinkan lain oleh pengawas lapangan.
− Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan di lapangan, kecuali seperti yang ditentukan pada
gambar rencana, atau diizinkan oleh pengawas lapangan.
Tabel Diameter bengkokan minimum |
Sumber: Sagel dkk, 1994
Penempatan tulangan
− Tulangan harus ditempatkan secara akurat dan ditumpu secukupnya
sebelum beton dicor, dan harus dijaga agar tidak tergeser melebihi
toleransi yang diizinkan.
− Toleransi untuk tinggi d dan selimut beton minimum dalam komponen
struktur lentur, dinding dan komponen struktur tekan harus memenuhi
ketentuan pada tabel 8.
Tabel Toleransi untuk tulangan dan selimut beton |
Sumber: Sagel dkk, 1994
− Toleransi letak longitudinal dari bengkokan dan ujung akhir tulangan
harus sebesar ± 50 mm kecuali pada ujung tidak menerus dari
komponen struktur dimana toleransinya harus sebesar ± 13 mm.
Batasan spasi tulangan
− Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh
kurang dari db ataupun 25 mm.
− Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih,
tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di
bawahnya dengan spasi bersih antar lapisan tidak boleh kurang dari 25
mm.
− Pada komponen struktur tekan yang diberi tulangan spiral atau
sengkang pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh
kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.
− Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku untuk
jarak bersih antara suatu sambungan lewatan dengan sambungan
lewatan lainnya atau dengan batang tulangan yang berdekatan.
− Pada dinding dan plat lantai yang bukan berupa konstruksi plat rusuk,
tulangan lentur utama harus berjarak tidak lebih dari tiga kali tebal
dinding atau plat lantai, ataupun 500 mm.
Bundel tulangan:
− Kumpulan dari tulangan sejajar yang diikat dalam satu bundel sehingga
bekerja dalam satu kesatuan tidak boleh terdiri lebih dari empat
tulangan per bundel.
− Bundel tulangan harus dilingkupi oleh sengkang atau sengkang
pengikat.
− Pada balok, tulangan yang lebih besar dari D-36 tidak boleh dibundel.
− Masing-masing batang tulangan yang terdapat dalam satu bundel
tulangan yang berakhir dalam bentang komponen struktur lentur harus
diakhiri pada titik-titik yang berlainan, paling sedikit dengan jarak 40 db
secara berselang.
− Jika pembatasan jarak dan selimut beton minimum didasarkan pada
diameter tulangan db, maka satu unit bundel tulangan harus
diperhitungkan sebagai tulangan tunggal dengan diameter yang didapat
dari luas ekuivalen penampang gabungan.
Penyaluran tulangan
Beton bertulang dapat berfungsi dengan baik sebagai bahan
komposit jika baja tulangan saling bekerja sama sepenuhnya dengan beton.
Untuk itu perlu diusahakan agar terjadi penyaluran gaya dari bahan satu ke
bahan lainnya. Agar batang tulangan dapat menyalurkan gaya sepenuhnya
melalui ikatan, baja harus tertanam dalam beton hingga kedalaman tertentu
yang disebut sebagai panjang penyaluran.
Gaya tarik dan tekan pada tulangan di setiap penampang komponen
struktur beton bertulang harus disalurkan pada masing-masing sisi
penampang tersebut melalui panjang pengangkuran, kait atau alat mekanis,
atau kombinasi dari cara-cara tersebut. Kait sebaiknya tidak dipergunakan
untuk menyalurkan tulangan yang berada dalam kondisi tekan.
− Panjang penyaluran ld, dinyatakan dalam diameter db untuk batang ulir
dan kawat ulir dalam kondisi tarik, harus ditentukan berdasarkan SNI03-2847-2002 bagian 14.2(2) atau 14.2(3), tetapi ld tidak boleh kurang
dari 300 mm.
− Panjang penyaluran ld, dalam mm, untuk batang ulir yang berada dalam
kondisi tekan harus dihitung dengan mengalikan panjang penyaluran
dasar ldb pada SNI 03-2847-2002 bagian 14.3(2) dengan faktor
modifikasi yang berlaku sesuai dengan SNI 03-2847-2002 bagian
14.3(3), tetapi ld tidak boleh kurang dari 200 mm.
− Panjang penyaluran ldh, dalam mm, untuk batang ulir dalam kondisi
tarik yang berakhir pada suatu kait standar harus dihitung dengan
mengalikan panjang penyaluran dasar lhb pada SNI 03-2847-2002
bagian 14.5(2) dengan faktor atau faktor-faktor modifikasi yang berlaku
yang sesuai dengan SNI 03-2847-2002 bagian 14.5(3), tetapi ldh tidak
boleh kurang dari 8db ataupun 150 mm (Gambar).
Gambar Detail kaitan untuk penyaluran kait standar |
Sumber: Sagel dkk, 1994
Kait-kait pada batang-batang tulangan dapat berupa kait penuh,
miring atau lurus. Untuk baja polos kaitan harus dibengkok agar garis
tengah kait paling sedikit 2,5 φ, (Gambar 12). Garis tengah kait dari batang
deform minimal harus 5 φ. Selanjutnya ujung-lurus untuk kait penuh paling
sedikit harus 4 φ dan untuk kait lurus dan miring 5 φ.
Gambar Kait-kait pada batang-batang penulangan |
Sumber: Sagel dkk, 1994
Gambar Kait-kait pada sengkang |
Sumber: Sagel dkk, 1994
Pengaitan pada sengkang
Sengkang-sengkang pada balok dan kolom harus dilengkapi kait
miring (Gambar 7.14a) atau kait lurus (Gambar 7.14b). Penggunaan
sengkang menurut Gambar 7.14c juga diizinkan, tetapi pada kolom harus
dipasang berselang-seling. Pada balok-T boleh digunakan bentuk sengkang
seperti pada Gambar 7.14d.
Pembengkokan pada batangbatang
Pembengkokan adalah
perubahan arah yang diperlukan
batang. Pembengkokan pada
batang-batang tulangan utama.
harus mempunyai garis tengah
dalam paling sedikit 10 ∅ (Gambar )
Gambar Pembengkokan tulangan |
Selengkapnya : Teknik Struktur Bangunan